1 February 2024

Berikan Aku Waktu untuk Berduka

Well.. 

Biasanya aku menyapa kalian di blog ini dengan kalimat "Hello Beauties, bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik-baik saja, ya? "

Kali ini aku hanya ingin mengatakan kalau aku sedang tidak baik-baik saja. I'm sorry guys, kali ini aku agak gloomy dan hanya ingin sedikit curhat disini. 

Jujurly, aku benci meng-expose kehidupan pribadi dan perasaan di public blog shovya.com ini, biasanya aku tulis hal seperti ini di blog bayangan. Tapi, maafkan aku kali ini ya. 

----------

As you know, mamaku meniggal sudah hampir setahun yang lalu.. Karena sakit dan mendadak sekali. Hubunganku dengan orangtua memang ga terlalu dekat dan ga seperti kebanyakan anak dan ibu lainnya. 

But, semakin aku bertambah usia, aku semakin mengerti bagaimana perasaan mama. Memang hal tersebut ga membuat kami menjadi dekat, tapi at least kami jadi saling mengerti dalam diam. 

Sejak kecil mama mendidikku sangat keras, aku terbiasa ga sarapan, makan siang ga tentu jam, aku diajarkan berbagi dan jangan memakan makanan terlalu banyak, dan aku bisa makan dengan tenang jika aku sudah mengerjakan/melakukan sesuatu. 

Mama jarang memperhatikan aku, sulit sekali rasanya mendapatkan perhatiannya bahkan saat aku sedang sakit. Sejak usia 10 tahun sampai sebelum menikah rasanya aku hidup di medan perang setiap harinya. 

Aku diajarkan menjadi orang yang sigap, harus cepat berpikir, dan bisa segalanya. Tapi mama lupa untuk mengajarkan ku untuk mencintai diri sendiri. 

Sepanjang perjalanan hidup aku rasanya struggle banget, karena aku membiasakan diri ga tergantung dengan orangtua, sampai aku ga tau harus "pulang" kemana saat aku tertimpa masalah. 

-------

Long story short

Aku mendapat telpon mendadak dari adik, dia bilang mama jatuh dan ga sadarkan diri. Mama segera dilarikan ke RS. 

Aku benci pikiranku yang terlampau logis, sampai-sampai aku bisa memikirkan hal terburuk yang akan terjadi, terlebih saat melihat hasil ct scan yang belum dibacakan oleh dokter (saat itu aku sendiri yang mengambil hasil ct scan dan mencoba mengintip gambar di dalamnya). 

Dugaanku benar setelah dibacakan dokter, aku tanda tangan berbagai macam surat pernyataan untuk berbagai tindakan yang mungkin akan dilakukan oleh tim medis untuk menyelamatkan mama. 

Saat itu aku hanya berharap sebuah keajaiban terjadi dan mama bangun dari koma. Aku benci mendengar omelannya dan suaranya yang keras, tapi sedih jika harus melihatnya kesakitan dalam diam seperti saat itu. 

Aku bingung harus berbuat apa, aku ingin bercerita disampingnya, tapi kami sangat jarang berbicara secara personal, seperti ada tembok besar yang menghalangi dan terasa kagok. 

Aku cuma bisa berdoa dalam hati terus menerus sambil memegangi tangannya yang sesekali bergerak dan sesekali mengusap kepalanya. 

Sejak masuk RS, tak ada setetespun air mata yang keluar dari mataku, aku ga bisa menangis, pikiranku blank, kosong, bingung, terlihat seperti ga terjadi apa-apa dari luar tapi didalam kepalaku kosong. Hanya sibuk turun naik lift dan ke apotek untuk mengambil obatnya setiap hari. 

-----

Sampai dimana mama sudah ga bisa bertahan lagi, aku ditelpon untuk balik ke RS padahal aku baru saja sampai rumah untuk makan ternyata ga sempat (hari itu aku hanya makan roti kecil dari pagi). 

Saat sampai di ICU, adik-adik dan abah semuanya sudah histeris, keluarga sudah berkumpul, mereka menangis kencang, tapi aku? 

Aku berlalu dan langsung menemui mama yang wajahnya sudah ditutupi kain. Aku hanya diam dan langsung memegang tangan kanan mama seolah aku sedang bersalaman dengannya, seperti yang biasa aku lakukan setiap aku mau pulang pamit setelah berkunjung ke rumahnya. 

Tapi, lagi-lagi aku heran, kenapa aku ga bisa menangis? Hatiku saat itu hancur, sedih, dan remuk karena aku ga bisa memegang dan menciun tangan itu lagi. Tapi aku nge-blank, lagi-lagi pikiranku kosong. 

Mungkin karena aku juga ga suka terlihat lemah dihadapan orang lain, sehingga pantang rasanya aku mengekspresikan kesedihanku didepan banyak orang. 

Bisa jadi orang lain melihatku saat itu adalah orang yang paling kuat atau bahkan mungkin aku satu-satunya orang yang ga bersedih atas meninggalnya mama. 

Aku hanya sibuk mengatur barang-barang, membantu membersihkan wajah mama disaat yang lain sedang histeris meratapi kepergiannya. Aku bolak balik seperti orang yang kebingungan. 

------

Anehnya, walaupun aku sudah terbiasa ga tergantung dengan orangtua, tapi semenjak kepergiannya aku merasa hidup semakin terasa berat, aku menjadi semakin lemah, dan mudah menangis. 

Mama sering mampir ke mimpiku, dan seakan saat itu mama masih ada. Kita jarang bertemu, tapi aku sekarang sering merindukanmu. 

------

Then, I realized, didikanmu yang seperti di medan perang itu sangat berarti untukku, seperti menjadi bekal untukku bisa bertahan hidup dan menanggung masalah sendirian, membuatku jadi lebih kuat dan peka terhadap orang lain. 

------

Sudah hampir setahun kepergianmu, baru aku merasakan kesedihan mendalam dan air mata baru bisa keluar setiap mengingatmu. Akupun tak mengerti kenapa. Kenapa baru sekarang air mata ini bisa keluar? Aku kesal dengan diri sendiri, seakan aku sibuk memikirkan hal lain sehingga untuk berdukapun aku tak sempat. 

------

Ma, maafkan aku yang baru sempat berduka sekarang.. Mungkin sedikit ga nyaman untukmu disana. Izinkan aku larut sebentar dalam kesedihanku yang terlambat ini, setelahnya aku janji akan kuat menghadapi apapun seperti yang selama ini kau ajarkan. 

Aku kuat sepertimu

------

Aku punya permintaan pertama dan terakhir untukmu sebagai anak, jika saatnya waktuku pulang nanti, tolong ikut jemput aku karena aku benci menghadapi segalanya sendirian. I wanna see you again dan ditemani olehmu. 

Ingatkah, Ma. Saat mama datang ke TK untuk melihatku belajar (aku pergi sekolah TK hanya diantar oleh nenek setiap hari karena mama bekerja), itu pertama kali dan terakhir kalinya kau datang kesekolahku, saking senang dan terharunya aku melihatmu datang, aku terus-terusan memeluk kakimu dan ga mau lepas. 

Kau bilang "Udah balik lagi sana belajar di kelas, mama mau ngajar lagi, mama cuma mampir", tapi aku nangis histeris seakan ga mau kau pergi meninggalkanku. Akhirnya aku menang, mau ga mau kau mengajakku ke sekolahmu 😊

Tapi setelah itu juga mama ga pernah datang lagi kesekolahku sampai aku lulus TK. Tapi mama bangga, kan? Aku jadi salah satu anak berprestasi saat itu disekolah?

Aku harap, mama juga akan ikut menjemputku seperti itu juga nanti.. Karena saat melihatmu kala itu, hatiku menjadi tenang dan senang sekali, karena mama jarang memperhatikan aku 😊

Kita bahkan tidak pernah berpelukan, tapi aku harap saat kita bertemu lagi, aku bisa memelukmu selama mungkin. 

Maafkan aku ya selama mama hidup aku belum bisa membuatmu bangga 🥀

------

Semoga ini menjadi media healingku dan membuat aku merasa sedikit lega karena akhirnya bisa bercerita. Selama ini aku tutup rapat-rapat di dalam hati dan terlihat baik-baik saja. 

Terima kasih kepada teman-teman yang rela membacanya sampai selesai ❤

1 comment:

  1. Gapapa mba.... Walau mungkin telat, tapi mengingat sejarahnya dengan mama seperti apa, itu wajar kok. Diri mu dah terbiasa membentuk benteng perlindungan sendiri, disaat musibah/masalah datang. Jadi wajar rasa sedih itu baru terasa setelah lama.

    Yang penting setelah ini mba bisa merasa ringan lagi di hati, setelah semua yg dirasa , dicurahin kesini 🤗

    ReplyDelete

Hallo, terima kasih untuk teman-teman yang sudah berkunjung. Akan lebih senang lagi jika teman-teman dapat meninggalkan jejak pada kolom komentar ini agar kita bisa saling blogwalking ^_^